MAKALAH
P U A S A
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Fiqh
Dosen Pengampu: Luthfiyah S.Ag. M.SI
Kelas: PAI 2C
Disusun oleh:
Lilis Nur Khasanah (123111094)
Lutfi Ardiana Sari (123111096)
Muhammad Abduh K (123111098)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Syech. 2008. Terjemah Muqoddimah Al- Hadromiyah. Malang: Ar- Roudho.
Anwar, Syahrul. 2010. Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh. Bogor: Ghalia Indonesia.
Ash- Shiddieqy, Hasbi. 2009. Pedoman Puasa. Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Faridl, Miftah. 2007. Puasa Ibadah Kaya Makna. Jakarta: Gema Insani.
Zaprulkhan. 2007. Puasa Ramadhan sebagai Terapi Pencerahan Spiritual. Jakarta: Hikmah
I. PENDAHULUAN
Setiap ibadah yang disyariatkan Allah SWT kepada umat manusia pasti mengandung makna. Makna yang di maksud adalah manfaat yang kembali kepada orang yang melakukannya.
Salah satunya adalah ibadah puasa. Puasa merupakan ibadah yang telah lama berkembang dan dilaksanakan oleh umat manusia sebelum Islam. Hal tersebut dapat diketahui dari firman Allah SWT:
ياايها الذين امنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون .
“Wahai orang- orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Allah SWT telah menempatkan ibadah satu ini sebagai ibadah yang istimewa. Sebab, banyak makna dan hikmah mendalam yang terkandung di dalamnya. Orang awam hanya memandang puasa sebagai akivitas yang memperlemah diri, mengurangi produktivitas, menghambat kemajuan, atau membuat malas. Padahal seperti yang sudah dikatakan tadi, puasa adalah ibadah yang istimewa. Puasa membawa manfaat bagi orang yang melakukannya baik secara fisik, ruhani, serta perjalanan hidupnya di kemudian hari.
Dan puasa yang akan dibahas di sini tidak hanya terbatas pada puasa fardhu di bulan Ramadhan, namun juga puasa- puasa sunnah, dan laian- lain.
II. RUMUSAN MASALAH
Berikut adalah rumusan masalah yang akan kami diskusikan pada materi ini:
1. Apa pengertian puasa?
2. Apa saja macam- macam puasa?
3. Apa syarat dan rukun puasa?
4. Apa saja hal- hal yang membatalkan puasa?
5. Apa hikmah dalam ibadah puasa?
III. PEMBAHASAN
1. Pengertian Puasa
Puasa dalam bahasa Arab disebut صام صوم وصيامyang berarti menahan atau diam dalam segala bentuknya, termasuk menahan atau diam dari berbicara. Hal ini terlihat dalam al- Qur’an surat Maryam ayat 26:
فقولي اني نذرت للر حمن صوما فلن اكلم اليوم انسيا
“... katakanlah sesungguhnya aku (Maryam) telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.”
Dan juga firman Allah SWT:
وكلوا واشربو حتى يتبين لكم الخيط الأبيض من الخيط الأسود من الفججر ثم اتم الصيام الى اليل
“Makan dan minumlah kamu hingga waktu kelihatan benang yang putih dan benang hitam yaitu fajar, kemudian sempurkanalah puasa itu sampai malam.” (QS. Al- Baqarah: 187)
Secara terminologis para ulama mengartikan puasa itu dengan menahan diri dari makan, minum, hubungan seks, dan hal- hal lain yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari.
2. Macam- Macam Puasa
Dalam Islam dikenal ada beberapa macam puasa. Ada puasa yang sifatnya wajib, sunnah, haram, dan puasa yang sifatnya makruh.
A. Puasa Wajib
Puasa wajib adalah puasa yang harus dilaksanakan dan haram untuk ditinggalkan tanpa udzur syar’i.
Puasa wajib ada beberapa jenis, diantarannya ialah:
a. Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan diwajibkan Allah SWT berdasarkan firman-Nya dalam al-Qur’an yang berbunyi:
شهر رمضان الذى انزل فيه القران هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان فمن شهد منكم الشهر فليصمه
“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan- penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda, karena itu di antara kamu hadir di bulan ini maka hendaklah ia berpuasa.” (QS. Al-Baqarah: 185)
Rasulullah SAW menegaskan perintah tersebut dengan sabdanya:
ان رمضان شهر افترض الله عز وجل صيامه وإني سننت للمسلمين قيامه فمن صامه ايمانا واحتسابا خرج من الذنوب كيوم ولدته أمه .
"Bulan Ramadhan adalah bulan yang Allah telah mewajibkan atas kamu berpuasa di dalamnya dan aku telah mensunnahkan kepadamu berdiri dan beribadah di dalamya. Barangsiapa berpuasa dan melakukan shalat pada malam harinya karena iman dan mengharap ridha Allah, niscaya ia diampuni segala dosanya sebagaimana waktu ia dilahirkan oleh ibunya.” (HR Ibnu Khuzaimah)
Bulan Ramadhan merupakan bulan suci, bulan yang agung, bulan yang mulia, dan bulan yang istimewa. Bulan tersebut ditandai oleh beberapa peristiwa penting yang terjadi di dalamnya, seperti: diturunkannya Al-Qur’an, diwajibkannya puasa, diutusnya Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah, terjadinya Lailatul Qadr, bulan syafaat, berkah, serta ijabah, dan lain- lain.
b. Puasa Qadha (Mengganti Puasa Ramadhan)
Puasa qadha ialah puasa untuk menggantikan puasa Ramadhan yang kita tinggalkan karena suatu sebab syar’i. Puasa qadha adalah puasa utang yang wajib dibayar. Firman Allah SWT:
... فمن كان مريضا اوعلى سفر فعدة من ايام احر...
“... Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari- hari yang lain ...’(al- Baqarah: 184)
Berdasarkan ayat di atas, puasa qadha diberlakukan bagi mereka yang meninggalkan puasa Ramadhan karena sakit, bepergian, haid atau nifas, hamil, dan menyusui. Adapun cara melakukan puasa tersebut boleh secara langsung ataupun terputus- putus.
Namun jika seseorang meninggal sedangkan puasa qadhanya belum dilakukan, maka wali atau ahli waris hendaknya memberikan makan kepada fakir miskin untuk setiap hari ia berutang. Tapi ada juga yang mengatakan bahwa wali disunnahkan untuk menggantikan puasa yang akan membebaskannya dari kewajiban dan tidak perlu membayar fidyah.
c. Puasa Nadzar
Puasa nadzar adalah puasa wajib yang difardhukan sendiri oleh seseorang muslim atas dirinya untuk mensyukuri nikmat atau mendekatkan diri kepada Allah. Puasa nadzar wajib ditunaikan menurut nadzarnya. Allah SWT berfirman:
“... dan hendaklah mereka menyempurnakan nadzar- nadzar mereka ...” (QS. Al- Hajj: 29)
Rasulullah SAW bersabda:
من نذر أن يطيع الله فليطعه, ومن نذر أن يعصيه فلا يعصه.
“Barangsiapa bernazdar menaati Allah, maka hendaklah dipenuhinya. Dan barangsiapa bernadzar mengerjakan maksiat kepada Allah maka janganlah dilakukannya.” (HR al- Bukhari dan Muslim)
d. Puasa Kiraffat (Denda Karena Suatu Pelanggaran)
Puasa kiraffat (kaffarat) ialah puasa yang wajib ditunaikan karena berbuka dengan sengaja dalam bulan Ramadhan, bukan karena adanya ‘udzur yang dibenarkan syara’. Adapun pelanggaran yang dilakukan seseorang sehingga ia harus membayar kiffarat:
Hubungan Badan di Siang Hari Ramadhan
Wajib membayar kaffarat atas siapa yang merusak puasa Ramadhan dengan bersetubuh, meskipun pada dubur dan kemaluan binatang.
Melakukan hubungan badan pada siang hari di bulan Ramadhan adalah pelanggaran yang sangat berat hukumannya. Maka seseorang yang melanggar hal itu harus berpuasa selama 60 hari berturut- turut tanpa terpisah sama sekali kecuali ada udzur syar’i.
Membunuh Orang Tanpa Hak
Membunuh manusia yang bukan haknya dengan tidak sengaja ia harus membayar kaffarat, seperti firman Allah pada QS. An- Nisa’: 92.
Ulama sepakat atas diwajibkannya kaffarat bagi muslim yang dewasa dan sehat akal jika membunuh muslim lain dengan tidak sengaja, baik yang dibunuh anak- anak, dewasa, laki- laki, perempuan, atau bahkan pembunuhan janin (aborsi).
Denda atau kaffarat karena membunuh yaitu membebaskan budak atau puasa 60 hari berturut- turut, atau memberi makan 60 orang fakir miskin.
Zhihar Terhadap Istri
Zhihar artinya mengharamkan istri dengan disamakan dengan ibunya sendiri. Allah SWT berfirman dalam QS. Al- Mujadilah: 3-4.
Orang yang menzhihar sebelum membayar kaffarat tidak boleh menyentuh bagian tubuhnya yang manapun.
Denda atas perbuatan zhihar yaitu membebaskan budak atau puasa 60 hari berturut- turut, atau memberi makan 60 orang fakir miskin.
Sumpah Palsu atau Melanggar Sumpah
Yaitu bersumpah atas nama Allah, tapi kemudian mengkhianatinya. Atau bersumpah akan melakukan sesuatu namun tidak sanggup menjalankannya, maka wajib kaffarat. Allah SWT berfirman dalam QS. An- Nahl: 94.
Kiffarat karena sumpah palsu atau melanggar sumpah yaitu membebaskan budak atau puasa 60 hari berturut- turut, atau memberi makan 60 orang fakir miskin.
B. Puasa Sunnah
Puasa sunnah adalah puasa yang dianjurkan untuk dikerjakan. Meskipun berupa anjuran, puasa sunnah harus mengikuti aturan dari Allah dan Rasul-Nya. Puasa sunnah yang disyariatkan di dalam Islam adalah:
a. Puasa Senin dan Kamis
Puasa pada hari Senin dan Kamis adalah puasa yang sangat dianjurkan. Rasulullah SAW bersabda:
“Amal- amal kita dikemukakan kepada Allah pada tiap hari Senin dan Kamis. Karena itu, aku suka mengemukakan amal- amalku (pada hari Senin dan Kamis) sedangkan aku berpuasa.” (HR Ahmad dari Abu Hurairah)
b. Puasa Enam Hari Bulan Syawal
Rasulullah SAW bersabda:
من صام رمضان ثم أتبعه ستا من شوال كان كصيام الدهر
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian diikuti dengan enam hari bulan Syawal, maka yang demikian itu sama dengan berpuasa sepanjang masa.” (HR Muslim dari Abu Ayyub)
c. Puasa Hari Arafah
Rasulullah SAW bersabda:
صوم عرفة كفارة سنتين سنة ماضية وسنة مستقبلة
“Puasa di hari Arafah menutup dosa dan kesalahan selama dua tahun (yaitu) tahun yang telah lalu dan tahun yang akan datang.”
d. Puasa Dawud
Rasulullah SAW bersabda:
صم يوما وافطر يوما وذلك أعدل الصيام وهو صوم داود
“Berpuasalah sehari dan berbukalah sehari, itu puasa Nabi Dawud dan itulah puasa yang paling utama.”(HR Bukhari dan Muslim)
C. Puasa Haram
Puasa haram adalah puasa yang tidak boleh dilakukan oleh seorang muslim karena berdosa jika dilakukan. Ada beberapa hari yang seorang muslim dilarang puasa di dalamnya, yaitu:
a. Puasa Pada Hari- Hari Tertentu
Ada hari- hari tertentu yang Allah mengharamkan kita untuk berpuasa, yaitu pada dua hari raya (Hari Raya Idul Adha dan Idul Fitri) dan Hari Tasyrik (tanggal 11,12, dan 13 Dzulhijjah).
Dalam hadits dikatakan:
ان ر سول الله صلى الله عليه وسلم قد نها كم عن صيام هذين العيدين
“Bahwasannya Rasulullah SAW melarang berpuasa pada dua hari raya, yaitu hari Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR Bukhari dan Muslim)
أيام تشريق أيام طعم وذكر الله
“Hari- hari Tasyrik itu adalah hari- hari makan, minum, dan dzikir kepada Allah SWT.” (HR Muslim)
b. Puasa Wishal (Terus- Menerus)
Berpuasa secara terus- menerus dilarang dalam Islam. Seperti bertapa, ngebleng tujuh hari, puasa mutih, mati geni, ngalong, dan sebagainya.
Rasulullah SAW bersabda:
لا تواصلوا فأيكم إذا أراد أن يواصل فليواصل حتى السحر
“Janganlah kamu berwishal. Dan barangsiapa yang hendak melakukannya juga maka berwishallah hingga waktu sahur.” (HR Bukhari)
c. Puasa Wanita Ketika Haid atau Nifas
Aisyah berkata:
كنا نحيض عند رسول الله صلى الله عليه وسلم فلا نقصى ولا نؤمر بقضاء
“Kami sedang haid di masa Rasulullah, maka kami diperintahkan mengqadha puasa dan tidak diperintahkan mengqadha shalat.” (HR Bukhari dan Muslim)
d. Puasa yang Membuat Diri Menjadi Celaka
Allah SWT berfirman:
“... dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang- orang yang brebuat baik.” (al- Baqarah: 195)
e. Puasa (Sunnah) Seorang Istri Tanpa Izin Suami
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah halal bagi wanita (istri) berpuasa dan suaminya ada kecuali atas izinnya (izin suaminya).” (HR Bukhari dan Muslim)
D. Puasa Makruh
Adapun puasa yang makruh hukumnya adalah sebagai berikut:
a. Puasa (Sunnah) Hari Jumat Saja atau Sabtu Saja
Kita tidak boleh mengkhususkan puasa kita pada hari jumat atau sabtu saja. Kecuali ia berpuasa sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya.
b. Puasa yang Membuat Diri Kita Menderita
Puasa orang yang dalam perjalanan jauh atau sakit dengan susah payah sehingga dapat memudharatkan diri, makruh dilaksanakan. Firman Allah:
“... maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari- hari yang lain...” (al- Baqarah: 184)
3. Syarat dan Rukun Puasa
A. Syarat- Syarat Sah Puasa
a. Tetap dalam Islam sepanjang hari
b. Suci dari haid, nifas dan wiladah
c. Tamyiz (orang yang dapat membedakan antara yang baik dan buruk)
d. Berpuasa pada waktunya.
B. Syarat- Syarat Wajib Puasa
a. Islam
b. Baligh (sampai umur)
c. Berakal
d. Suci dari haid dan nifas bagi perempuan
e. Berada di kampung, tidak wajib atas orang musafir
f. Sanggup berpuasa, tidak wajib atas orang yang lemah dan orang sakit.
C. Rukun Puasa
a. Niat
Niat, yaitu menyengaja untuk melaksanakan puasa.
Jika puasa wajib maka niatnya harus dilakukan pada malam hari sebelum shalat fajar. Sedangkan untuk puasa sunnah niatnya boleh dilakukan pada pagi hari.
b. Meninggalkan sesuatu yang bisa membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
4. Hal- Hal yang Membatalkan Puasa
a. Makan dan minum dengan sengaja
b. Muntah dengan sengaja
c. Bersetubuh di siang hari
d. Haid atau nifas
e. Hilang akal, mabuk, atau pusing
f. Keluar mani dengan sengaja
g. Memasukkan sesuatu ke dalam mulut dengan sengaja
h. Murtad (keluar dari Islam)
5. Hikmah Puasa
a. Ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT.
b. Membiasakan diri dan jiwa memelihara amanah.
c. Untuk menanamkan rasa sayang dan ramah kepada fakir miskin, dan anak yatim.
d. Untuk menjaga kesehatan fisik dan psikis.
e. Mendidik keikhlasan.
IV. KESIMPULAN
Puasa adalah menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat dan beberapa syarat tertentu.
Ada beberapa macam puasa dalam Islam, di antaranya:
1. Puasa Wajib
a. Puasa Ramadhan
b. Puasa Qadha
c. Puasa Nadzar
d. Puasa Kaffarat
2. Puasa Sunnah
a. Puasa Senin dan Kamis
b. Puasa 6 hari bulan Syawal
c. Puasa Hari Arafah
d. Puasa Dawud
3. Puasa Haram
a. Puasa hari- hari tertentu (Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, serta Hari Tasyrik)
b. Puasa wishal
c. Puasa wanita ketika haid atau nifas
d. Puasa (sunnah) istri tanpa izin suami.
4. Puasa Makruh
a. Puasa hari Jumat saja atau Sabtu saja
b. Puasa yang membuat diri menderita
Adapun hal- hal yang dapat membatalkan puasa, ialah makan dan minum dengan sengaja, muntah dengan sengaja, bersetubuh di siang hari, haid atau nifas, dan lain- lain.
Dan hikmah berpuasa antara lain, meningkatkan ketaqwaan terhadap Allah, ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT, membiasakan diri dan jiwa memelihara amanah, untuk menanamkan rasa sayang dan ramah kepada fakir miskin, dan anak yatim, serta untuk menjaga kesehatan fisik dan psikis, dan lain- lain.
V. PENUTUP
Demikianlah makalah yang telah kami susun, semoga bermanfaat bagi pembaca dan pemakalah sendiri. Dan semoga apa yang telah kita diskusikan menambah rasa syukur serta menambah iman kita kepada Allah SWT. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna memperbaiki makalah ini dan makalah- makalah kami selanjutnya. Terima kasih,
Tiada ulasan:
Catat Ulasan